Kenapa Yang Rajin Ibadah Tetap Miskin? Tapi Yang Sering Maksiat Malah Lebih Kaya?

 


Kenapa Yang Rajin Ibadah Tetap Miskin? Tapi Yang Sering Maksiat Malah Lebih Kaya? pertanyaan yang sering ada di benak kita. Karena memang lingkungan sekitar kita seperti itu,akhirnya banyak yang bertanya tanya apakah Allah tak adil dengan hambanya atau tidak? faktanya ada makna dibalik itu semua. Semata mata bukan karena membuat yang beribadah miskin selalu. Tetapi,sebagai umat muslim kita harus introspeksi diri juga.

Kita juga tahu ada takdir yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Untuk jodoh,kematian dan hal hal lain sudah takdir. Untuk rezeki masih bisa diusahakan,kita bisa mencari dengan jalan yang halal tentunya. Tapi,untuk orang yang kaya tetapi tak beribadah bisa saja hasil pesugihan atau mungkin menggunakan jalan lain agar mendapatkan banyak uang.

Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj.

Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَاذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ


“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).


Allah Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُواأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)

Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj pada mereka.

Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”

Syaikh As Sa’di menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).

Kesimpulannya adalah, banyak muslim yang tidak sepenuhnya muslim, maksudnya tidak sepenuhnya menyerahkan diri kepada Kekuatan dan Ilmu-Nya, dan lebih menuhankan rasio akal pikirannya. Mereka lebih percaya kecerdasannya dari pada kecerdasan Tuhan Sang Pemurah. Tapi itu bukanlah anda..

Contoh: Sedekah ilmu kaya, itu Janji Tuhan. Dan kita ternyata sulit sekali percaya Ilmu Tuhan tentang sedekah. Tawakal dan adalah sarana mendapatkan rezeki tak terduga.

Dan kita masih seringkali kalah sebelum tawakal. Sabar dan sholat adalah penolong. Dan kita lebih banyak meminta tolong kepada mahluk. Dan masih banyak sekali yang lainnya.

Jikalau banyak muslim yang benar-benar muslim saya sangat yakin sekali bahwa islam akan jaya.

Tetapi marilah sejenak lupakan antara muslim miskin dan nonmuslim yang kaya raya. Sejenak renungkan bahwa kaya dan miskin tetaplah ujian.

Kaya dan miskin adalah ukuran dunia saja sementara kalau kita membicarakan akherat bukan melulu kaya dan miskin secara materi semata namun lebih kepada kaya hatinya.

Bagi muslim yang ingin kaya maka berusahalah sebagaimana non muslim yang bekerja dan berusaha keras untuk merubah nasib.

Posting Komentar untuk "Kenapa Yang Rajin Ibadah Tetap Miskin? Tapi Yang Sering Maksiat Malah Lebih Kaya?"